Gadget Bikin Mata Lelah
A
A
A
PENGGUNAAN gadget yang tak terkontroldapat memengaruhi kondisi kesehatan mata. Gangguan yang paling umum, yaitu sindroma mata lelah, yang bisa mengganggu penglihatan.
Teknologi canggih memang diciptakan untuk membantu kehidupan manusia menjadi lebih mudah dan cepat. Namun, perangkat mutakhir seperti televisi, komputer, gadget, dan video games juga memiliki dampak negatif, termasuk mengganggu kesehatan mata, organ penting bagi penglihatan manusia.
Dr Ikhsan Revino SpM, dokter spesialis mata dari Klinik Spesialis Mata SMEC Jakarta mengutarakan, mata yang selalu digunakan untuk melihat gadget, seperti smartphone atau tablet dalam waktu lama dan tanpa istirahat dapat mengakibatkan asthenopia atau mata lelah. Ini adalah pupil mata yang lambat bereaksi terhadap cahaya karena telah berlebihan terkena cahaya.
“Biasanya mata lelah ditandai dengan sering mengantuk, mata merah, perih, berair, atau cepat capek karena otot-otot mata dipaksa bekerja keras. Dampak parahnya, kondisi ini bisa menimbulkan silindris," katanya dalam acara talkshow bertajuk "Pengaruh Gaya Hidup Modern terhadap Kesehatan Mata" oleh Klinik Spesialis Mata SMEC Jakarta di Hotel Four Seasons, Kuningan, Jakarta, belum lama ini.
Jika dibiarkan, lanjut dia, mata lelah akan menyebabkan mata kering serta nyeri di mata yang akan memengaruhi pandangan sehingga penglihatan pun terasa buram, ganda, dan kemampuan melihat warna menurun. Tak jarang, rasa tidak nyaman tersebut menyebar hingga kepala, bahu, punggung, dan pinggang, vertigo, serta kembung.
Kondisi ini biasanya dikaitkan dengan tingginya tekanan darah dan kolesterol. Bahkan, bisa berpengaruh pula terhadap hormon-hormon yang mengatur kekebalan tubuh, seperti melatonin."Biasanya, banyak orang yang tidak sadar dengan kondisi ini dan baru menemui dokter mata setelah mata mereka mengalami masalah yang lebih serius," sebut Ikhsan.
Selain itu, menggunakan gadget tanpa henti juga dapat memicu kerusakan retina yang disebut lattice degenerasi atau dalam bahasa awamnya "bolongbolong" pada retina, yang bila dibiarkan dapat menyebabkan retina terlepas, bahkan kebutaan. Ciri-cirinya, adanya bintik-bintik atau seperti lalat beterbangan di penglihatan.
Serabut-serabut merah pada mata juga bisa menjadi tandanya. Lattice degenerasi umumnya terjadi karena penurunan fungsi tubuh seiring dengan proses penuaan atau karena riwayat trauma benturan. Namun, kondisi ini dapat datang lebih cepat karena pengaruh gaya hidup, salah satunya penggunaan gadget yang berlebihan tersebut.
"Pasien katarak juga belakangan semakin muda. Biasanya usia 60 tahunan, tetapi saat ini pasien katarak sebanyak 35% adalah individu yang berusia di bawah 50 tahun. Ini kemungkinan berhubungan dengan penggunaan gadget," kata Ikhsan. Efek kecanduan gadget tidak hanya menyerang mata orang dewasa, juga anak-anak.
Belakangan orang tua muda kerap memperkenalkan anak dengan gadget sebagai mainan atau bahkan menjadikannya sebagai baby sitter agar anak anteng dan tidak merengek. Tidak heran, anak zaman sekarang cenderung memiliki mata yang terkena intensitas paparan cahaya lebih banyak sehingga banyak dijumpai anak-anak usia balita telah menggunakan kacamata.
Dokter spesialis mata anak dari Klinik Spesialis Mata SMEC Jakarta dr D A N Canara Sari SpM mengatakan, sering bermain gadget dapat menurunkan kemampuan fokus jarak jauh pada mata anak. Dampaknya, si kecil akan menderita miopia atau rabun jauh yang bakal meningkat terus minusnya sepanjang hidup.
Rendra hanggara
Teknologi canggih memang diciptakan untuk membantu kehidupan manusia menjadi lebih mudah dan cepat. Namun, perangkat mutakhir seperti televisi, komputer, gadget, dan video games juga memiliki dampak negatif, termasuk mengganggu kesehatan mata, organ penting bagi penglihatan manusia.
Dr Ikhsan Revino SpM, dokter spesialis mata dari Klinik Spesialis Mata SMEC Jakarta mengutarakan, mata yang selalu digunakan untuk melihat gadget, seperti smartphone atau tablet dalam waktu lama dan tanpa istirahat dapat mengakibatkan asthenopia atau mata lelah. Ini adalah pupil mata yang lambat bereaksi terhadap cahaya karena telah berlebihan terkena cahaya.
“Biasanya mata lelah ditandai dengan sering mengantuk, mata merah, perih, berair, atau cepat capek karena otot-otot mata dipaksa bekerja keras. Dampak parahnya, kondisi ini bisa menimbulkan silindris," katanya dalam acara talkshow bertajuk "Pengaruh Gaya Hidup Modern terhadap Kesehatan Mata" oleh Klinik Spesialis Mata SMEC Jakarta di Hotel Four Seasons, Kuningan, Jakarta, belum lama ini.
Jika dibiarkan, lanjut dia, mata lelah akan menyebabkan mata kering serta nyeri di mata yang akan memengaruhi pandangan sehingga penglihatan pun terasa buram, ganda, dan kemampuan melihat warna menurun. Tak jarang, rasa tidak nyaman tersebut menyebar hingga kepala, bahu, punggung, dan pinggang, vertigo, serta kembung.
Kondisi ini biasanya dikaitkan dengan tingginya tekanan darah dan kolesterol. Bahkan, bisa berpengaruh pula terhadap hormon-hormon yang mengatur kekebalan tubuh, seperti melatonin."Biasanya, banyak orang yang tidak sadar dengan kondisi ini dan baru menemui dokter mata setelah mata mereka mengalami masalah yang lebih serius," sebut Ikhsan.
Selain itu, menggunakan gadget tanpa henti juga dapat memicu kerusakan retina yang disebut lattice degenerasi atau dalam bahasa awamnya "bolongbolong" pada retina, yang bila dibiarkan dapat menyebabkan retina terlepas, bahkan kebutaan. Ciri-cirinya, adanya bintik-bintik atau seperti lalat beterbangan di penglihatan.
Serabut-serabut merah pada mata juga bisa menjadi tandanya. Lattice degenerasi umumnya terjadi karena penurunan fungsi tubuh seiring dengan proses penuaan atau karena riwayat trauma benturan. Namun, kondisi ini dapat datang lebih cepat karena pengaruh gaya hidup, salah satunya penggunaan gadget yang berlebihan tersebut.
"Pasien katarak juga belakangan semakin muda. Biasanya usia 60 tahunan, tetapi saat ini pasien katarak sebanyak 35% adalah individu yang berusia di bawah 50 tahun. Ini kemungkinan berhubungan dengan penggunaan gadget," kata Ikhsan. Efek kecanduan gadget tidak hanya menyerang mata orang dewasa, juga anak-anak.
Belakangan orang tua muda kerap memperkenalkan anak dengan gadget sebagai mainan atau bahkan menjadikannya sebagai baby sitter agar anak anteng dan tidak merengek. Tidak heran, anak zaman sekarang cenderung memiliki mata yang terkena intensitas paparan cahaya lebih banyak sehingga banyak dijumpai anak-anak usia balita telah menggunakan kacamata.
Dokter spesialis mata anak dari Klinik Spesialis Mata SMEC Jakarta dr D A N Canara Sari SpM mengatakan, sering bermain gadget dapat menurunkan kemampuan fokus jarak jauh pada mata anak. Dampaknya, si kecil akan menderita miopia atau rabun jauh yang bakal meningkat terus minusnya sepanjang hidup.
Rendra hanggara
(bbg)